“Hikmah yang Tersembunyi dalam Ruang Tak Bersuar” (Cerita Inspiratif) #10
Oleh ; Inggri Fitria Gunawan
“Hikmah yang Tersembunyi dalam Ruang Tak Bersuar”
Assalamu’alaykum
Warahmatullahi Wabarakatuh..
Pernah suatu masa kita sedang berada
pada fase-fase yang tak bisa didefinisikan oleh kata, atau pada perasaan yang
tak bisa dijabarkan lewat kalimat. Dimana tangis adalah peredanya, ketika
istighfar adalah obatnya dan ketika Allah adalah satu-satunya tempat terbaik
untuk bercerita sebab keluh kesah di dunia. Saat itu dunia rasanya terlalu
rumit untuk dipahami, terlalu penuh tantangan untuk dijalani, dan terlalu berat
untuk dipikirkan. Aku bagai dikurung dalam ruang tak bersuar, ruang itu aku
sebut pandemi. Rasanya dunia sedang terluka parah, penawarnya juga belum
ditemukan. Bahkan ketika dunia sedang sakit-sakitnya karena sebuah makhluk baru
yang menghuni bumi, saat itu masalah seolah tak peduli menghampiri tanpa
permisi.
Tak jarang putus asa menghampiri setiap
harapan yang disusun sedemikian rupa dalam doa panjang pada malam-malam yang
berselimut sunyi. Dakwah-dakwah yang dibentuk dengan begitu rapi, syiar-syiar
yang dirangkai dengan indah, bak hilang ditelan gelap malam. Sampai akhirnya
aku terduduk diam dan menepi, mencoba memahami apa-apa yang terjadi diakhir
akhir ini. Hemmm… satu kata terlintas dipikiranku, takdir. Ya… benar takdir
Allahlah apa-apa yang terjadi didunia ini.
Namun, selalu ada wudhu untuk
mendinginkan hati yang panas, selalu ada lantai untuk menumpahkan tangis yang
meradang. Saat Allah adalah tempat mengadu terbaik dan bercerita panjang dengan
air dipipi menghantarkanmu pada tidur yang lelap selepas doa panjang yang
dihantarkan kala dingin menyapa lewat angin untuk menuju langit. Saat aku
terbangun pagi harinya, ahh rasanya
melegakan sekali, seolah aku baru saja melepas
segunung batu bata dalam
gendonganku. Tatkala menyadari bahwa semua yang terjadi adalah takdir terbaik
dari Allah, senyum mengembang diwajahku. Dunia hari ini tampak mulai cerah,
mendung kemarin diganti sinar matahari yang menyapa lewat dhuha yang aku
rutinkan tiap harinya. Menyambangi
syukur yang terus aku rapalkan lewat bibirmu (Alhamdulillah) atas nikmat Allah.
Aku mulai menata kembali struktur
harapan yang tampaknya berserakan, membebaskan hati dari rasa khawatir,
membersihkan pikiran dari buruknya prasangka. Kemudian aku tersadar, bahwa banyak sekali hal
bermanfaat yang bisa aku lakukan selama terkurung dalam ruang gelap ini. Jika
dulu rumah adalah tempat istirahat dari hiruk pikuk dunia, sekarang rumah
adalah tempat dakwah dan berkarya. Ternyata dakwah gak melulu harus dengan
orang lain diluar sana, tetapi orang terdekat kita mungkin butuh asupan nasehat
dan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan dakwah juga bisa
melalui video, tulisan, prestasi. Wahh ternyata dirumah bisa produktif juga ya,
Berkarya dengan ungkapan-ungkapan yang aku ekspresikan melalui tulisan.
Menjadikan aku mengerti bahwa setiap kejadian selalu memiliki hikmah yang
tersembunyi, sekarang kembali kepada kita mandang dengan kacamata dari arah mana.
“Bahwa Allah tidak
membebani seseorang diluar kemampuannya.” (Al-Baqarah: 286)
Selepas doa-doa panjang dan keluh kesah
rumit yang aku sampaikan pada-Nya, aku diingatkan kembali oleh firman Allah
diatas. Terbit lagi senyumku, bertambah lagi rasa syukurku. Aku mulai
menuliskan sesuatu dibukuku yang kini akan aku yakini jika nantinya berada pada
fase yang sama, bahwa ujian-ujian itu insyaAllah akan menggurkan dosaku,
masalah masalah yang aku hadapi itu akan mendewasakanku.
Biodata Penulis
Nama :Inggri Fitrya Gunawan
Prodi : Pendidikan Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Stambuk 2018
No wa 082370383836

Komentar
Posting Komentar